Free is Freedom
HHHUUUUUUAAAAAAAAAAAAAAA.................
Rasanya ingin sekali pergi ke padang rumput yang luas. Bertemankan permadani hijau dan beratapkan langit biru. Kan kuhempaskan raga ini dan menjadi bagian dari hamparan rumput hijau. Ingin kuteriak mengalahkan suara perkasa sang elang. Dan sedalam-dalamnya menghirup udara bebas.
Bui. Aku masih terjebak olehmu.
Terkekang oleh waktu yang semakin bergulir. Tirai-tirai besi ini menghalangi mataku menatap apa yang inginku lihat. Dada ini semakin berat bernafas.
Sesak. Inginku..... Ahh aku tak tau harus berkata apa. Speechless maybe. Tak pernah terbesit dalam pikirku menyalahkan organ tubuhku yang menjalankan tugasnya. Karena ini bukan salah mereka. Bukan juga salah para sipil bui. Sebab bui ku bukanlah bui-bui biasa. Bui ku tak kasat mata. Aku menjadi tawanan oleh diriku sendiri. Mungkin itu cukup menjelaskan bagaimana gambaran bui ku.
Bingung. Bingung mengatakan apa yang kurasa. Mungkin, aku hanya ingin bebas. Bebas tanpa syarat dari segala yang mengekangku. Semakin aku berfantasi di dalam bui. Rasanya semakin sempit merentangkan lenganku. Serasa ada yang mengganjal di rongga jiwa ini. Ingin rasanya aku mengeluarkan itu. Membebaskannya.
Detik ini. Aku pun tak tau apa yang harus kulakukan. Menjadi residivis diri sendiri begitu berat. Entah adakah yang mengerti tulisan ini atau tidak. Aku hanya mengikuti alur jari jemariku menulis. Dan menumpahkan apa yang kupikirkan dan kurasa. Aku hanya tak ingin melewatkan semua yang kurasa. Karena aku bukanlah tape recorder yang bisa melakukan playback terhadap apa yang kurasa.
Komentar
Posting Komentar