Sabda Alam


Ketika daun jatuh dalam keikhlasan.
Dia tak pernah memilih tanah mana yang akan dipijaknya.
Dia pun tak pernah mendahului angin yang berhembus.

Jatuhlah aku sekarang, serunya sayup-sayup.
Keheningan tersimpul dalam keriuhan.
Hanya Tuhan lah,
Yang mampu Mendengar, bahkan yang menciptakannya.

Anaphalis javanica, Edelweiss
Seperti itulah rasa rinduku.
Yang bertunas dalam sanubari.
Melahirkan kuncup-kucup rindu yang kusimpan dalam diamku.

Diamku bukan berarti aku tak mendambakan kehadiranmu.

Aku hanya menjaga rindu ini untuk ikhlas dalam koridor-Nya.
Menyikapi bukan dengan cara-cara yang nista.
Agar tak menjelma sebagai rindu yang keliru.

Karena...
Rindu ini adalah anugerah terindah dari Sang Maha Kuasa.
Merasakannya adalah sesuatu yang fitrah.
Menjaganya adalah sebuah ibadah. 

Maka,
Sekuat tenaga kuredam segala letupan rindu ini.
Biar tak sedikitpun mengotori kefitrahannya.
Dan tak pula lancang mendahului skenario Sang Pemilik Hati.

Embun masih bersemayam dalam kejernihan.
Dan rindu ini kulafazkan dalam doa-doa malamku.
Langit biru yang masih biru hingga hari ini.
Rindu ini pun masih bersama sujud sembahku pada-Mu.

Kubiarkan rindu ini bersemi hingga waktunya tiba.
Hingga rinduku ini sudah siap kau petik laksana setangkai bunga yang mekar.


Tak sulit bagi-Nya,
untuk mengubah ulat yang menggelikan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik.
Tak sulit bagi-Nya,
untuk mengubah kuncup bunga menjadi setangkai bunga mekar yang indah.
Tak sulit bagi-Nya,
untuk mengarak seekor kupu-kupu terbang menuju setangkai bunga.

Maka,
Sungguh....
Tak sulit bagi-Nya untuk menggerakan hatimu tuk datang padaku dengan azzam tulusmu.
Tak sulit bagi-Nya untuk menggerakan hatiku menerimamu sebagai calon pelengkap imanku.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Synapta maculata : Spesies Teripang Jumbo

Jeruk Kingkit (Triphasia trifolia)

Ini Nyata: Bukan Sebuah Sci-Fi Film