Mungkin Sebuah Balada
Shira : "Rasanya aku tak pantas buat kamu."
Harry : "Aku benci dengan kata-kata itu. Rasanya aku seperti lakon dalam sebuah novel dan sinetron. Jangan ucapkan itu lagi." Lelaki berpakain batik itu berdiri dari duduknya. "Entah apa yang ada di pikiran kamu skg. Bisa-bisanya kamu ucapkan itu ke aku."
Shira : "Aku bukan primadona kampus. Bukan juga kembang desa dengan unsur kefeminiman. Aku bukanlah perempuan populer dengan keelokkan intelegensi. Dan aku bukanlah putri seorang konglomerat bermandikan kemewahan dan kegemerlapan."
Jarum jam memang tak berhenti di kedua jam tangan mereka. Tapi, mereka sejenak berhenti di sudut keheningan. Pikiran mereka saling berkecamuk.
Harry : "Kurasa kamu terpojok dengan segala gunjingan yang akan menimpa kita kelak. Kamu terlalu berpikiran jauh. Toh, pada dasarnya kitalah yang akan menjalani hubungan ini, bukan mereka. Anggaplah guncingan mereka adalah warna warni hubungan kita. Warna gelap adalah refleksi mereka, sisanya kita berdua yang memacarkan warna terang." Sambil mata menatap lurus kedepan, ia pun duduk.
Shira : "Tapi kamu terlalu sempurna untuk aku. Aku tidak bisa mengimbangi kehebatan dan segala kelebihan kamu. Aku ragu. Mungkin, aku pun tak tau akan memberi apa untuk kamu."
Harry : "Aku bukan seorang majikan serakah yang meminta waktu. jiwa dan raga kamu. Aku juga bukan pengemis cinta yang ingin merampas seluruh cinta kamu seutuhnya. Bukan maksud aku menyepelekan kamu. Itu semata-mata aku tak tau apa yang akan aku minta darimu..." Belum selesai melanjutkan kata-katanya, matanya yang tajam menatap lembut perempuan yang masih tertunduk. Direkatkannya jari jemari di dengkulnya.
Shira : "Harry..." Ucap pelan. Dilihatnya lelaki disampingnya.
Harry : "Mungkin itu karena kamu adalah perempuan yang menaruh masa depan bahagia di pundakku. Pilihanmu terhadap aku sebagai nahkoda hidupmu adalah lebih dari segalanya." Senyum manis terukir diwajahnya. "Jika aku memang lelaki yang dititipkan Tuhan untukmu, aku pasti akan mendapatkan apa yang pantas aku dapatkan tanpa aku menuntut dari kamu."
Shira : "Terimakasih Harry... Hanya itu yang bisa aku ucapkan padamu. Terlalu banyak yang ingin kucurahkan padamu, dan itu sulit.Mungkin air mata ini bisa mewakili semua yang tak bisa kuungkapkan." Air mata pun tak terelakkan. Jatuh membasahi wajah.
KKRRRIIIIIINGGGGGG....... KKKKKRRRRRIIIIINNNGGGGG........................... KKKRRRRIIIINGGGG......... KKRRIIIIIINGGGGGGG.....
"Yahhhh, ternyata tadi cuma mimpi. Ahhhhh...." Kelopak mata terbuka dengan tangan menekan tombol off pada jam alarm disampingnya.
"Andai aja itu menjadi nyata, aku pasti akan menjadi perempuan paling beruntung di dunia ini, bahkan di seantero jagad raya."
Hahahaa.. Aduuuhhh addduuuhhh, ada-ada saja tingkah Shira ini..
"Andai aja itu menjadi nyata, aku pasti akan menjadi perempuan paling beruntung di dunia ini, bahkan di seantero jagad raya."
Hahahaa.. Aduuuhhh addduuuhhh, ada-ada saja tingkah Shira ini..
Komentar
Posting Komentar