I’m not the followers but We’re the leaders
Pemimpin. Mendengar kata yang
satu ini pasti yang terbesit adalah, sosok pegawai publik, kekuasaan,
kewenangan dan dunia politik. Impuls-impuls di otak tak segan mengiring kita menuju
arti seorang pemimpin dalam skala luas. Seperti pejabat desa, pejabat daerah
hingga pejabat pemerintahan.
Orang bijak pernah berkata, untuk
apa kita melihat yang diseberang samudera jika ada yang lebih mudah dilihat di
hulu sungai. Jadi sebelum kita merangkak untuk hal yang lebih besar cobalah
untuk merangkul yang lebih kecil.
Sekarang, tataplah diri kita di depan cermin,
kenali dirimu dan siapakah dirimu sebenarnya. Wahai kawan, perlu kita ketahui
bahwa kita adalah pemimpin. Masih tidak percaya? Baiklah, sederhana sebenarnya
untuk meyakinkan bahwa kita adalah pemimpin. Hakikatnya kita memimpin pada tiap
jam, menit hingga detik bergulir. Bahkan ketika pagi yang tersirat dengan sinar
emasnya hingga sang jingga menampakkan keelokkan di langit senja, kita tetap
memimpin. Ya, kita adalah pemimpin. Memimpin diri sendiri atas
prajurit-prajurit yang dinamakan nikmat. Dialah nikmat sehat, panjang umur,
materi, profesi, dan berbagai ujian yang membelenggu. Ingat tak selamanya nikmat
berwujud bahagia ataupun kesenangan.
Namun, terkadang kita sebagai
manusia terjepit dalam sebuah perempatan yang mengarahkan kita menjadi pemimpin
yang tidak seutuhnya. Apalagi ketika kita berada dalam kondisi under preassure dan riuh dihantui sebuah
deadline. Alih-alih ingin
menyelesaikan sebuah kewajiban secara sempurna , justru waktu, tenaga dan
pikiran menjadi sasaran empuk untuk dijadikan kambing hitam. Bahkan disaat-saat
getir tersebut terkadang masih saja terbesit pikiran nakal yang mengatasnamakan
perandaian, “Andai 1 jam itu lebih dari 24 jam, andai 1 minggu lebih dari 7
hari, dan 1 bulan lebih dari 31 hari, pasti semua bisa terselesaikan secara
maksimal.” Tak dapat dipungkiri manusia akan dipaksa mengeluarkan jurus andalan
berupa ‘jurus kepepet’. Berpedoman dari itu manusia dipukul tunduk untuk mereduksi
waktu istirahat yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karenanya, jam
biologi tubuh yang terlanjur berantakan pun akan berubah menjadi bom waktu yang
sewaktu-waktu bermuara pada kesehatan tubuh yang terancam.
Beginilah potret manusia yang hanya membaca prediksi jangka pendek tanpa prediksi jangka panjang. Bahkan cenderung menganut mindset “Bagaimana nanti saja!” bukannya “Bagaimana dengan nanti?”. Alhasil, secara tak sadar kita memimpin diri sendiri menjadi koruptor waktu, tenaga dan juga pikiran. Bayangkan saja, jika untuk memimpin 1 kepala saja tak mampu, apalagi memimpin ratusan bahkan jutaan kepala di luar sana.
Beginilah potret manusia yang hanya membaca prediksi jangka pendek tanpa prediksi jangka panjang. Bahkan cenderung menganut mindset “Bagaimana nanti saja!” bukannya “Bagaimana dengan nanti?”. Alhasil, secara tak sadar kita memimpin diri sendiri menjadi koruptor waktu, tenaga dan juga pikiran. Bayangkan saja, jika untuk memimpin 1 kepala saja tak mampu, apalagi memimpin ratusan bahkan jutaan kepala di luar sana.
Maka dari itu, mulailah dari diri
kita sendiri untuk menjadi pemimpin yang amanat dan bijaksana. Sosok pemimpin
tersebut sebenarnya bisa dimiliki oleh siapapun. Karena yang terpenting dia memiliki
pola pikir bermodel “out of box” atau mungkin “out of room”.
Pola pikir ini
mengantarkan kita untuk memiliki sudut pandang yang berbeda dan kritis. Sudut
pandang yang tak biasa diambil oleh orang banyak (unik), dengan membuang
asumsi yang tidak relevan namun tidak keluar dari nilai norma dan
menghilangkan mental kolonial yang selama ini melekat pada anak bangsa. Maka dari itu akan lahirlah ide-ide yang kreatif dan inovatif baik
dari segi teori maupun teknis. Karena jika hanya teori yang dianut tanpa ada teknis,
itu sama saja ide kita hanyalah “kicauan emosional”. Apalah arti sebuah ide jika hanya
tersimpan di dalam otak tanpa diimplikasikan dalam dunia nyata. Oleh karenanya ide ini harus disuplemen dengan
percaya diri dan keberanian.
Kawan, mari kita berbenah diri
dimulai dari yang kecil, yaitu diri sendiri. Karena seperti seorang tokoh yang
saya idolakan berkata:
Kalau anda ingin merubah sesuatu jadilah perubahan itu sendiri.
Kawan, jika bukan hari ini, akan dibawa kemanakah hari
ini dan masa depan kita?
Kawan, jika bukan kita, siapa
lagi yang akan menyelamatkan masa depan anak dan cucu kita?
asik nih bacanya ran.. tumben ga rame gambar kaya biasanya :D
BalasHapusahhh abaanggg.. makasih udah mampir d blog...
BalasHapusiiah dong, kan semua materi blog yg d sampaikan sdh diwakilkan dgn ulisan yg seabreg, jd ga mesti banyakin gambar :p
adeee,, kerenn tulisannya...
BalasHapus#mau banget belajar..
ahhhh mba jgn berlebihan gitu ah... aku jg sama ko msh belajar nulis :)
BalasHapusayookk atokkk mari kita belajar bareng mbaaaa... :D