Belanda, Si Kunci Pembuka Gerbang Studi di Eropa
"Pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia" – Yaa... begitulah Nelson Mandela bertuah. Ibarat sebuah kereta api, pendidikan adalah lokomotif yang menarik rangkaian gerbong di belakangnya. Sebuah lokomotif yang mampu menggerakkan SDM dalam pembangunan bangsa. Kereta api mampu beroperasi sebagaimana mestinya jika lokomotif mampu berfungsi dengan baik, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, kemajuan suatu bangsa perlu didukung dengan pendidikan SDM yang berkualitas. Karena pada hakikatnya kualitas SDM berbanding lurus dengan pendobrakaan kemajuan bangsa. Kualitas pendidikan SDM dapat terpenuhi dari berbagai sumber, dari dalam negeri ataupun luar negeri. Namun bukan hembusan belaka jika pendidikan di luar negeri jauh lebih maju dan berkualitas. Tak ayal putra-putri bangsa Indonesia berantusias melintasi batas territorial negara ini untuk ‘membasahi dahaga’ ilmu mereka. Institusi pendidikan di berbagai belahan dunia pun semakin gencar menawarkan jasa pelayanan pendidikan yang cukup menggiurkan.
Hidup memang pilihan. Semua orang memiliki argumentasi beragam untuk mengambil suatu pilihan. Begitupun yang dialami oleh kalangan intelektual khususnya calon mahasiswa. Mereka harus lebih cermat mengambil keputusan untuk menyelami atmosfer pendidikan di negara orang. Hal itu dikarenakan untuk mengantisipasi penyesalan ataupun kerugian yang akan diterima mereka kelak. Mengingat, studi di luar negeri merupakan investasi waktu dan biaya serta pilihan sekali seumur hidup.
Dialah Eropa. Bukan hal baru lagi jika benua ini menjadi target favorit mereka. Pilihan studi di Eropa seolah merupakan dua sisi koin yang berlainan. Di satu sisi, Eropa menjadi tujuan studi yang ‘laris-manis’ di berbagai kalangan intelektual. Terdapat sekitar 3000 pelajar dari Indonesia yang memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Eropa tiap tahunnya. Termasuk salah satunya tokoh proklamator Negara Indonesia yaitu Mohammad Hatta yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di Belanda. Bahkan Universitas di Eropa tidak sedikit menempatkan diri dalam 100 universitas terbaik di dunia.
Di sisi lain benua biru ini terkadang menjadi hal yang menakutkan bagi sejumlah kalangan yang ingin melanjutkan studi. Perlu diakui jika bahasa merupakan sebuah jembatan penghubung dalam sebuah komunikasi diantara khalayak orang. Dan tidak bisa dipungkiri pula bahwa bahasa menjadi salah satu faktor penghalang bagi kalangan yang ‘haus’ pengalaman di luar negeri. Mungkin sempat terbesit diantara beberapa kalangan jika studi di Eropa lebih sulit. Terlebih Bahasa Inggris bukanlah bahasa utama di Eropa. Namun, hal tersebut tidak serta merta benar adanya. Banyak perguruan tinggi di Eropa menawarkan program studi yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Dan inilah bentuk perhatian Belanda bagi dunia pendidikan. Belanda menjadi sebuah pionir sebagai negara non berbahasa Inggris pertama yang menawarkan program studi berbahasa Inggris bagi pendidikan tinggi. Pendidikan di Belanda menawarkan lebih dari 1560 program studi dan mata kuliah internasional. Bahkan sebanyak 1543 program studi disampaikan dalam Bahasa Inggris. Hal ini pula yang menjadikan Negara Ratu Beatrix menjadi negara terunggul di Benua Eropa. Didukung pula dengan 95% penduduk Belanda mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Hal ini seolah menjadi angin segar bagi calon mahasiswa Indonesia dengan tujuan studi Eropa. Sebuah angin segar dari Belanda yang telah mempelopori dalam membukakan pintu gerbang Eropa menjadi lebih mudah.
http://www.eur.nl/indonesian/student_life/study_holland/
http://studieropa.com/tahukah-kamu-tentang-pendidikan-di-eropa/
http://studieropa.com/6-fakta-menarik-mengenai-negara-bunga-tulip/
http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/23/08335863/Cermat.
Sebelum.Studi.ke.Luar.Negeri
Komentar
Posting Komentar